Senin, 19 November 2012


Budidaya Si Buah Cinta yang Good Looking
Oleh Lukman Ajis Salendra

 
Buah cinta ini bernama strawberry atau stroberi. Termasuk buah yang “good looking” alias sedap dipandang mata.  Bentuknya unik, persis seperti bentuk hati. Warna buahnya bila sudah matang merah merona. Rasanya berkualitas tinggi; cita rasanya asam segar. Tak heran kalau strawberry dipakai juga untuk perasa tambahan selain cokelat, baik itu untuk es krim, sirup, maupun untuk kue-kuean. Strawberry menjadi primadona sejak jaman Yunani klasik sampai kini. Bahkan dalam sejarah Yunani kuno buah strawberry secara resmi menjadi lambang Dewi Cinta. Keindahan cinta kala itu dilambangkan oleh warna, rasa, dan kesegaran buah strawberry. Dari segi fisik, buah strawberry terkesan feminin, cantik, menggiurkan, menggoda, sensual, sensitif dan manis, seperti laiknya seorang wanita yang penuh pesona.

Secara historis, buah khas strawberry ini berasal dari Amerika dan dikembangbiakan dengan baik di daerah Amerika Utara untuk jenis Fragaria Virginiana yang terkenal akan rasanya dan Amerika Selatan, Chile untuk jenis Fragaria Chiloensis untuk ukuran besarnya. Nama Fragaria diambil dari kata ”Fragans” yang artinya harum yang merujuk dari bau harum buah strawberry.

 Asal-usul kata strawberry secara etimologis antara lain; dari kegiatan tukang kebun dengan menggunakan sedotan ”straw” untuk menanam buah ini dan melindungi dari proses pembusukan (suatu pseudoetymology yang dapat ditemukan di dalam sumber non-linguistic seperti Old Farmer Almanac) atau juga dapat berasal dari jaman Anglo-Saxon di mana kata kerja untuk menaburkan "Strew” ( artinya untuk menyebar di sekelilingnya ) yang adalah ”Streabergen” ( kata “Strea” berarti " menaburkan" dan kata “Bergen” berarti biji atau buah). Kemudian streberie, straiberie, strauberie, straubery, strauberry, dan akhirnya menjadi ”Strawberry”. Nama strawberry diduga kuat berdasarkan faktanya bahwa bibit atau biji dari buah ini ditaburkan ( Strewn ) sepanjang tanah. Ada juga yang mengatakan nama strawberry berasal dari bahasa Inggris kuno streawberige yang merupakan gabungan dari streaw atau “straw” dan berige atau “berry”. Tapi alasan pemberian nama ini masih tidak begitu jelas.

Jaman dulu, strawberry disajikan pada acara-acara negara abad pertengahan, yang melambangkan kemakmuran, perdamaian, dan kesempurnaan. Indian Amerika diduga pertama kali membuat kue dari strawberry.Adapun strawberry yang sering ditemukan di pasar swalayan merupakan jenis hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan strawberry modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Strawberry atau stroberi merupakan tanaman umum dari genus Fragaria yang dibudidayakan di seluruh dunia.

Strawberry mulai di kenal di Indonesia pada pertengahan tahun 1990-an. Strawberry yang memerlukan temperatur  rendah untuk tumbuh dengan baik sangat cocok dengan daerah Rancabali, Bandung. Strawberry yang banyak ditanam penduduk adalah Fragaria Nilgerrensis yang oleh warga setempat lebih dikenal dengan Strawberry Nyodo. Strawberry juga mulai dibudidayakan di daerah Tawangmangu Kabupaten Karang Anyar, Ciwidey, Sukabumi, Cipanas, Lembang, Batu dan Bedugul (Bali).

Khasiat buah strawberry menurut penelitian di antaranya untuk menyusutkan kadar kolesterol, mencegah kanker, mencegah Leukimia, dapat meningkatkan kekuatan otak dan menjaga penglihatan tetap jernih, mengencangkan kulit, cocok bagi pengidap diabetes, memutihkan gigi, mengatasi panas dalam, dapat menghentikan diare, sebagai obat jerawat alami.

Selain itu strawberry ternyata kaya Vitamin C, serat, rendah kalori, folat, potassium, pigmen antosianin, serta asam ellagic. Dengan mengkonsumsi delapan buah strawberry setiap hari, maka kebutuhan Vitamin C dan serat orang dewasa sudah tercukupi. Strawberry memiliki kandugan Vitamin C sebanyak 56,7 mg per 100 gram. Dengan kandungan vitamin C-nya tersebut diyakini strawberry mampu mengurangi resiko terserang penyakit kanker hingga 37 persen seperti yang dirilis  The Iowa Women’s Health Study, selain itu strawberry juga diyakini mampu mencegah kanker payudara dan leher rahim.

Budidaya Buah Cinta

Budidaya si buah cinta, sebetulnya gampang-gampang susah. Tanaman ini tidak terlalu manja. Sebab tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tumbuh sejak lama. Selain itu, bibitnya mampu beradaptasi cepat dengan lingkungan. Tanaman ini, dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki suhu 18 derajat celcius ke atas. Bisa dikembangkan pada lahan pertanian terbuka dan hidroponik. Hanya saja, dalam pertanian sistem hidroponik jumlah investasi yang ditanam cukup besar. Sehingga, di Indonesia jarang petani yang berani menanam strawberry dengan sistem ini. Padahal kualitas buahnya, bila ditanam secara hidroponik lebih bagus, dan hasilnya memuaskan.

Tanaman ini dapat tumbuh subur pada dataran rendah, menengah sampai dataran tinggi. Atau mulai dari ketinggian 400 di atas permukaan laut (dpl), sampai 1.000 meter dpl. Daerah yang potensial untuk penanaman buah merambat ini, di antaranya untuk dataran rendah Subang dan sekitarnya, Bekasi, Karawang, dll. Hanya saja, untuk penanaman pada dataran rendah lebih mengintensifkan masalah pengairan.

Sedangkan untuk penanaman dataran tinggi cukup banyak seperti daerah Lembang, Bandung, Cipanas Cianjur, Garut, Gunung Dieng dan daerah lainnya. Untuk memperoleh bibit strawberry, hingga saat ini sangat mudah, karena biasanya petani yang menanam strawberry umumnya selain memproduksi buah juga memproduksi bibit secara bersamaan. Harga bibit yang dijual petani cukup berpariasi tergantung varietas, usia bibit dan bentuk polybag-nya.

Pembibitan yang lebih baik, dan cepat panen diambil dari pembibitan dengan sistem kultur jaringan. Sebab bibit dari cara ini, selain pertumbuhannya cukup baik juga masa menjelang panen pertama lebih singkat, bila dibandingkan dengan pembibitan dari biji. Maka tak heran bila bibit dari kultur jaringan, lebih banyak diminati petani, karena selain praktis juga efisien dalam pemeliharaannya. Selain itu, relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Persiapan lahan produksi, baik pada lahan terbuka mapun sistem hidroponik sebetulnya tidak jauh berbeda. Hanya yang membedakan dalam sistem kebun hidroponik, perlu membangun green house. Langkah pertama dalam pengolahan, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari semua tumbuhan liar. Kedua, lahan bajak bisa menggunakan cangkul secara manual atau traktor. Ketiga, untuk mensterilkan tanah setelah dicangkul lahan dialiri air sampai semua permukaan tanah terendam air. Biarkan selama satu bulan lebih. Keempat, setelah satu bulan, kemudian lahan dikeringkan kembali selanjutnya taburi kapur, maksudnya untuk mengembalikan tanah pada tingkat normal. Kelima, buatkan bedengan dengan lebar antara 80 cm sampai 100 cm, sedangkan panjangnya tergantung kondisi tanah atau maksimal 10 meter. Keenam, pada permukaan bedengan taburkan pupuk kandang dengan perbandingan untuk satu ha minimal 20 ton, lebih banyak lebih baik. Ketujuh, bedengan yang telah diberi pupuk, kemudian disiram dan taburi dengan Urea, TSP, KCL. Setelah itu, tutup dengan mulsa plastik silver dasar hitam. Pemasangan mulsa selain untuk mengantisipasi hama, juga untuk meningkatkan kualitas buah.

Sedangkan kedelapan, lahan setelah selesai ditutup mulsa biarkan selama 1 – 2 Minggu agar unsur hara larut. Kesembilan, bibit siap ditanam pada mulsa yang telah dilubangi dengan jarak 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Biarkan tanaman sampai usia 1 bulan. Setelah bibit mencapai usia satu bulan, baru diberi obat dan pupuk semprot dengan dosis sesuai. Masa pertumbuhan dua bulan, setelah dua bulan panen pertama bisa dilakukan.

Langkah selanjutnya tentu cara menerapkan teknik panen. Idealnya, panen dilakukan dengan memetik bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Di sini, tangan jangan sampai menyentuh buah. Penggunaan gunting pun sedikit riskan dilakukan, meski efektif untuk panen. Panen dilakukan dalam kurun waktu dua kali dalam satu minggu.

Untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman strawberry memunyai syarat tumbuh khusus, yang antara lain; strawberry merupakan tanaman subtropis yang juga baik di tanam di daerah tropis yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-2000 m dpl; mendapatkan penyinaran matahari antara 8 - 10 jam hari; curah hujan berkisar 600-700 mm pertahun; suhu udara optimum antara 17°C - 20°C dan suhu udara minimum antara 4°C - 5°C dengan kelembaban udara 80 persen – 90 persen. Sebelum memasukan tanah ke dalam polibag sebaiknya tanah di persiapkan dulu dengan pemupukan dasar. Pupuk dasar ini dapat berupa UREA 20 kg + TSP 25 kg + KCl 10 kg dan pupuk kandang 2-3 untuk setiap 1000m2.  Pemupukan susulan biasanya dilakukan saat tanaman beumur 2 bulan. Sebelum tanaman mulai berbungga. Bungga pertama sebaiknya di buang atau di pangkas. Karena biasanya bungga awal ini tidak berbuah secara baik. Setelah mencapai umur 4 bulan barulah bunga-bunga tersebut di pelihara agar menjadi buah. Antara bunga dan buah masak biasanya membutuhkan waktu 1 minggu atau bahkan lebih. Tergantung ukuran buahnya.

Tanaman strawberry sebenarnya tahan serangan hama seperti halnya tanaman liar lainnya. Namun ada kemungkinan juga selama pertumbuhan tanam ini dapat terserang hama. Untuk itu sebelum terkena hama, sebaiknya dilakukan pencegahan dan penanggulangan. Hama yang sering menyerang tanaman strawberry di antaranya, jamur yang menyerang buah, bunga dan daun. Cara mengatasinya dengan menyemprot obat-obatan semprot berbagai merk dan jenis yang mudah didapat di toko-toko saprotan. Hama lain di antaranya, ulat, lalat, virus daun dan lain-lain. Pengendaliannya bisa diatasi dengan pegasus dan confidor.

Akhirnya, prospek agribisnis strawberry di Indonesia cukup mencerahkan, dilihat dari daya serap pasar dan permintaan dunia dari tahun ke tahun yang meningkat. Buah cinta ini tentu saja sejatinya dilirik dunia Usaha Mikro dan Kecil (UMK) karena membuka peluang bagi bisnis yang menjanjikan. (diolah dari pelbagai sumber)

 



Senin, 22 Oktober 2012

Penjabat = Penjahat?
Oleh Lukman Ajis Salendra*

 Penulis tergelitik oleh sebuah kata yang sering diucapkan khalayak banyak atau dituliskan wartawan, yaitu nomina pejabat. Mengapa tidak memakai nomina penjabat? Kita memang sudah terbiasa mencecap nomina pejabat daripada nomina penjabat. Bagaimana dengan nomina penjahat? Mengapa tidak dipakai nomina pejahat? Apakah karena faktor ke-manasuka-an (arbitrer) para pemakai bahasa yang sudah telanjur menggunakan nomina pejabat maupun nomina penjahat sebagai acuan pemasyarakatan?

 Baiklah supaya kita tidak tersesat di istana, kita buka buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang ditulis para ahli bahasa Indonesia, supaya jelas “perkara duduknya” bagaimana pembentukan nomina turunan penjabat baik pun pejabat itu sebagai suatu proses morfofonemik.

Nomina atau sering disebut kata benda dapat dilihat di antaranya dari segi bentuknya. Dilihat dari segi bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas dua macam yakni nomina yang berbentuk kata dasar dan  nomina turunan. Penurunan nomina dilakukan dengan afiksasi, perulangan atau pemajemukan. Contoh nomina dasar seperti adik, gambar, pisau, tongkat, dll. Sedangkan contoh nomina turunan seperti penjabat dan penjahat  itu. Nomina dapat diturunkan melalui afiksasi, perulangan atau pemajemukan. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentukan nomina  dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar. Yang perlu diketahui dalam penurunan nomina dengan afiksasi adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber penurunan dan sumber tersebut belum tentu berupa kata dasar. Nomina turunan seperti kebesaran memang diturunkan dari kata dasar besar sebagai sumbernya, tetapi pembesaran tidak diturunkan dari kata dasar yang sama, besar, tetapi dari verba membesarkan. Sumber sebagai dasar penurunan nomina ditentukan oleh keterkaitan makna antara sumber tersebut dengan turunannya. Kebesaran bermakna keadaan besar, karena itu kebesaran diturunkan dari adjektiva besar. Akan tetapi makna pembesaran berkaitan dengan perbuatan membesarkan, bukan dengan keadaan besar. Karena itu pembesaran diturunkan bukan dari adjektiva besar, tetapi dari verba membesarkan.

 Lebih lanjut dicontohkan, menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia itu bahwa keterkaitan makna merupakan dasar untuk menentukan sumber. Maka dalam kebanyakan hal tiap nomina turunan mempunyai sumbernya sendiri-sendiri. Nomina turunan seperti pertemuan dan penemuan, misalnya tidak diturunkan dari sumber yang sama, yakni, temu tetapi dari dua verba yang berbeda. Pertemuan diturunkan dari verba bertemu, sedangkan penemuan dari verba menemukan. Penemuan juga tidak diturunkan dari verba menemui karena antara menemui dengan penemuan tidak ada keterkaitan makna.

 Nah, Penjabat adalah nomina turunan dari verba jabat. Verba Jabat  artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online ( Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008): 1) memegang; 2) melakukan pekerjaan (pangkat dsb); 3) memegang jabatan (pekerjaan). Dalam kamus tersebut dijelaskan nomina penjabat yang berarti: 1) pemegang jabatan; 2) orang yg memangku  jabatan orang lain untuk sementara. Sedangkan dalam kamus tersebut tidak dijelaskan mengenai nomina pejabat yang faktanya dalam kamus tersebut yang banyak dipakai adalah nomin pejabat dari pada penjabat dalam setiap pemerian  pengertian terhadap kata tertentu sebagai penjelas. Contoh: frasa pejabat pemerintah yang berwenang, korupsi pejabat, oknum pejabat, pejabat tinggi, dll. Kiranya, nomina penjabat hanya sekali muncul ada dalam kalimat penjelas dalam kamus tersebut. Kiranya, nomina penjabat terbentuk melalui proses afiksasi nomina dengan prefiks peng-. Prefiks peng- mempunyai enam alomorf: pem-, pen-, peng-, penge-, dan pe-.

Dari manakah asal-usul nomina pejabat? Mungkin, seperti di Indonesia ini tiba-tiba seseorang disebut pejabat karena kecenderungannya adalah warisan turun-temurun dari kekuasaan oligarki. Masih bisa dihitung pejabat yang dari hasil perjuangan jerih payahnya meniti karier dari mulai terlunta-lunta sampai menjadi berjaya. Pembentukan nomina pejabat bisa jadi turunan dari berjabat atau perjabatan yang didasarkan analogi bentuk yang ada sebelumnya yaitu nomina pejuang. Pejuang diturunkan dari verba berjuang, perjuangan sebagai hasil proses morfofonemik prefiks per- yang alomorfnya pe-, bukan peng- seperti untuk nomina penjabat itu. Jadi dua-duanya baku hanya proses morfofonemiknya yang berbeda, dibentuk secara teratur maupun secara tak teratur.

Baiklah, konon bahwa bahasa Indonesia kontemporer menunjukan adanya kecenderungan untuk memunculkan bentukan-bentukan baru dan pemaknaan-pemaknaan baru secara metaforik sesuai dengan kebutuhan. Jarang dipakainya nomina penjabat, apakah karena konotasi makna penjabat hanya digunakan untuk menandai “orang yang memangku  jabatan orang lain untuk sementara”, sedangkan nomina pejabat dimaknai sebagai “orang yang memegang jabatan”? Jadi kesan dan konotasinya pejabat yaitu “seseorang yang ingin langgeng menduduki jabatan” dan penjabat dimaknai ”sementara saja memegang jabatan atau pengganti jabatan sementara”. Secara sosio-politik, maknanya sama sebenarnya toh jabatan itu sifatnya sementara. Persoalannya adalah ada ditingkat para pemakai bahasa yang manasuka atau arbitrer itu. Dua-duanya sah secara kaidah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Cuma, penulis dalam konteks hari ini lebih menyarankan menggunakan nomina penjabat untuk merujuk pada “orang yang sedang menduduki jabatan tertentu, baik yang memahami bahwa jabatan itu sementara maupun yang ingin mengekalkannya”, daripada memakai nomina pejabat. Pejabat secara bentuk beranalogi dengan nomina pejuang. Sementara nomina penjabat beranalogi bentuk dengan nomina penjahat, penjudi, penjagal, penjarah, penjegal, penjepit, penjambret, dll. Menarik! (tulisan ini pernah dipublikasikan koran Tribun Jabar)
 

*) penulis adalah sastrawan dan staf redaksi majalah Internal Progres

Minggu, 07 Oktober 2012




Kisah Kasih, Mengolah Sawah Mengolah Harapan 
Teks Lukman Ajis Salendra

 Sawah. Termasuk kata yang paling populer. Paling tidak menurut si genius Google. Cobalah Anda lakukan penelusuran! Hasilnya cukup mencengangkan. Sekitar 4.960.000 (Empat Juta Sembilan Ratus Enam Puluh Ribu) kata “sawah” dihasilkan Google dalam waktu 0.13 detik. Sebagai perbandingan, yang lebih mencengangkan lagi kata yang masih bersaudara dengan kata sawah yakni kata “padi” misalnya  si Google mencatat sekitar 12.600.000 (Dua Belas Juta Enam Ratus Ribu) masih dalam waktu yang sama yakni 0.13 detik. Kata petani lebih populer lagi, sekitar 28.000.000 ( Dua Puluh Delapan Juta) kata yang dihasilkan, tapi dalam waktu 0.19 detik, selisih 0.06 detik dengan waktu saat mencari kata sawah dan kata padi. Kata “pangan” lebih mencengangkan lagi, sekitar 8.660.000.000 (Delapan Milyar Enam ratus Enam Puluh Ribu) yang dihasilkan mesin pencari kata tersebut dalam waktu 0.43 detik, selisih waktu 30 detik dibandingkan dengan waktu pencarian terhadap kata sawah.

Penelusuran Google terhadap kata “sawah” itu tentu akan bertambah dari detik ke detik. Hal itu paling tidak dapat dijadikan ukuran keberterimaan betapa kata “sawah” begitu familiar di jagat internet sekalipun. Bahkan yang namanya sawah sudah dikenal sejak jaman baheula. Hal itu ditunjukan dengan kebiasaan nenek moyang manusia yang suka mengolah lahan pertanian alias bercocok tanam. Sawah sejatinya berhubungan dengan aktivitas sosial, ekonomi, politik dan budaya suatu bangsa. Membicarakan ketahanan pangan pun niscaya akan terkait dengan membicarakan bagaimana mengolah lahan persawahan. 

Merujuk pada Wikipedia, sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang mengandalkan curah air hujan dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice).

Mengolah Sawah

Mengolah lahan sawah tentunya perlu perlakuan secara baik. Sawah juga ingin dicinta dan dimanja, seperti kekasih. Sawah merupakan “kekasihnya” para petani. Para petani tidak pernah semena-mena memperlakukan sawah. Ada aturan yang dianut atau semacam “tata krama” para petani bagaimana merawat dan mengolah sawah. Bahkan ada acara ritual atau ruwat sebelum memulai menggarap sawah. Hal itu menunjukan para petani sungguh-sungguh mengolah sawah di mana sawah telah memberikan penghidupan bagi keluarga.

Secara tradisional ada istilah-istilah ketika akan memulai menggarap sawah yang mungkin anak muda jaman sekarang merasa asing dengan istilah-istilah tersebut. Yaitu istilah Babad damen,artinya  kegiatan untuk memangkas seluruh jerami yang ada di sawah. Nembok yaitu membersihkan pematang sawah dan menambal kembali dengan tanah/lumpur sawah yang baru. Ngaluku, membajak tahap pertama yaitu membajak sawah dengan menggunakan satu set alat bajak dengan memanfaatkan tenaga kerbau atau sapi. Dengan ngaluku ini bertujuan untuk membalik permukaan tanah dari seluruh permukaan tanah sawah. Setelah diluku, sawah dibiarkan dahulu agar rumput-rumput yang tertimbun (setelah dari proses pembalikan tanah) membusuk. Biasanya dalam satu minggu. Kemudian ada istilah Ngagaru yaitu membajak tahap kedua, jika ngaluku adalah membalik tanah, maka ngagaru adalah meratakan tanah dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah dan menyapu sisa-sisa rerumputan yang tidak membusuk hidup lagi. Setelah seluruh permukaan tanah cukup rata dan gembur, maka siap untuk ditanami bibit padi. Selanjutnya adalah Tandur yaitu kegiatan menanam padi.

Untuk menanam padi dibutuhkan pengolahan tanah yang bagus sebelum masa tanam. Salah satunya adalah dengan menggemburkan tanah dengan cara dibajak. Kegiatan mengolah lahan sawah juga bagi para petani, otomatis membuka peluang usaha. Contohnya usaha jasa bajak sawah, baik menggunakan tenaga kerbau atau sapi, maupun menggunakan alat yang lebih canggih seperti traktor. Bahkan ada yang masih menggunakan tenaga manusia. 

Dulu, orang membajak sawah dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau, sekarang sudah banyak yang menggunakan traktor. Menggunakan sapi dan kerbau dianggap kecepatan menyelesaikan pekerjaannya sangat lambat, maka banyak petani berpaling membajak sawah menggunakan mesin. Mesinisasi pertanian juga mulai dilakukan di Indonesia. Traktor tangan sudah banyak digunakan di banyak tempat. Penggilingan padi menggantikan peran lesung dan alu. Tapi ada juga yang mempertahankan tradisi membajak sawah mengandalkan kerbau atau sapi itu. Alasannya bisa macam-macam. Hal itu tergantung pada tradisi dan kepercayaan atau terkait dengan budaya setempat sebagai kearifan lokal. Kalau memakai traktor, memang lebih praktis dan hasil bajakannya lebih padat. Tapi mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar bensin atau solar untuk mesin traktor.

Di luar negeri, pengerjaan tanah pertanian memang sepenuhnya boleh dikatakan sudah dengan menggunakan cara-cara modern, bahkan tidak terkungkung oleh mitos-mitos. Mereka menggunakan alat-alat untuk mengerjakan sawah-sawah dalam skala besar hampir semuanya dilakukan dengan mesin. Hasil yang diperoleh daripadanya jelas lebih efektif. Peran bantuan orang lain dan binatang menjadi lebih minimal.

Di Indonesia pada umumnya, alat-alat pertanian tradisional, baik alat berat maupun ringan masih digunakan oleh para petani. Luku yang ditarik kerbau atau sapi misalnya, masih banyak digunakan sekalipun traktor mesin juga mulai merambah tanah-tanah pertanian. Para petani banyak yang beralasan, luku yang ditarik binatang ternyata mata bajaknya lebih dalam menghunjam tanah sehingga kegemburan tanah pertanian bisa lebih dalam dibandingkan dengan hasil kinerja traktor mesin. 

Alasan petani tidak menggunakan mesin tangan masalahnya mungkin karena perawatannya tidak sederhana dan tidak murah. Mesin yang sudah rusak di pasaran akan jatuh harga jualnya sementara alat pertanian tradisional relatif lebih murah dan mudah perawatannya. Boleh jadi kecintaan atau hubungan emosional antara petani-binatang-tanaman-dan tanah nampaknya juga turut memengaruhi keengganan petani menggunakan alat pertanian bermesin. 

Ada lagi yang unik seperti dilansir media masa, di Yogyakarta ada tradisi membajak sawah dengan tenaga manusia. Kalau lazimnya di jaman modern ini membajak sawah dengan traktor, atau setidaknya hewan, sapi atau kerbau yang dikendalikan oleh manusia. Warga yang tinggal tepatnya di Dusun Salam Desa Tewuwuh Kecamatan Dlingo Bantul, selatan Yogyakarta itu justru masih menggunakan tiga hingga empat orang untuk melakukan kegiatan membajak. Mereka memikul dan menarik alat bajak seperti layaknya sapi atau kerbau. Cara membajak sawah dengan menggunakan tenaga manusia tersebut merupakan warisan nenek moyang yang mereka lestarikan. 

Panen
Puncak acara mengolah sawah yaitu ketika tiba musim panen. Menurut Wikipedia, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang atau alga/gulma laut. Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival, panen raya, Serentaun, dan perayaan- perayaan lainnya.

Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti cobine harvester. Dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional para petani masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen lain yang tidak dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper.  Panen tanpa mesin merupakan salah satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak tenaga kerja. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih dahulu.

Untuk cara panen ini, banyak cara yang bisa petani lakukan. Tetapi yang terbaik adalah kelompok tani mempunyai mesin perontok padi. Keuntungan dengan cara ini adalah menghindari banyaknya butir gabah yang jatuh dan hilang. Selanjutnya kadar air dalam panen harus mendapat perhatian. Hasil panen dinyatakan dalam Gabah Kering panen (GKP). Biasanya kadar air  dalam GKP sekitar 22-25 persen. Setelah dilakukan penjemuran kadar air menjadi 14-15 persen. Dan dalam kondisi gabah seperti ini dinamakan Gabah Kering Giling (GKG). Kemudian yang berhubungan dengan panen itu bagaimana menghitung perkiraan hasil panen.

Romantisme Sawah

Memahami sawah sebagai warisan nenek moyang, maka tak akan lepas dari hal-ihwal tradisi perdesaan yang “ramah” lingkungan dan sejatinya menyimpan banyak harapan. Sawah merupakan harapan bagi masyarakat perdesaan. Sawah merupakan warisan yang mengandungi tradisi budaya dan falsafah ekonomi dalam menuai rezeki. Bukan isapan jempol belaka, rezeki dari kegiatan bertani seorang petani bisa sanggup ia menyekolahkan anaknya sampai menjadi insinyur atau dokter. Sudah banyak cerita sukses petani yang telaten menggarap sawah. Banyak kisah, sepetak tanah bisa mengantarkan anak menjadi seorang begawan atau profesor.

Coba juga sekali-sekali Anda belajar berjalan di pematang sawah, bagi yang belum pernah menginjakan kakinya di sawah. Berjalanlah sambil menggandeng istri atau anak tercinta, sekadar menghilangkan rasa kecut dan kepenatan rutinitas kerja di kota. Panorama pemandangan persawahan yang indah mengajak seseorang untuk berefleksi ke masa silam. Sawah pun menjadi tempat rekreasi cuci mata”. Mata dihibur oleh para petani yang tekun mencangkul; bajak yang ditarik kerbau; atau ibu petani yang menyemai dan menanam bibit. Seiring rembang waktu, padi-padi itu tumbuh, menghijau, dan lalu menguning. Bahkan acapkali ada burung-burung pipit bercanda di tangkai-tangkai padi mematuki bulir-bulir sebelum diusir petani. Sawah dari kejauhan bagaikan permadani. Ingatan melayang ke alam persawahan mendatangkan kesegaran bagi pikiran dan perasaan. Ketika padi sudah menguning, buruh-buruh tani pun siap memanen. Terlukis gambaran padi keemasan menghampar seluas mata memandang. Pepadi melambai disapa angin seolah mengisyaratkan harapan kesejahteraan. 

Sayang, lahan persawahan kini sudah banyak yang berganti fungsi menjadi perumahan, gedung perkantoran atau pabrik industri. Bahkan di ibu kota, sawah hanyalah tingggal nama. “Sawah Besar” nama sebuah kecamatan di ibukota Jakarta. Jangan harap Anda akan menjumpai sawah besar yang menghampar luas di kecamatan tersebut, selain riuh lalu lintas kendaraan di jalan raya.###








Kamis, 27 September 2012

Puisi



Puisi Lukman Asya
Upacara:Para Puisi

Juga para puisi berupacara 
seperti awan-awan itu berbaris mengandungi hujan 
menghormati angin dan cakrawala
para puisi menghormati siapa merayakan apa 
berbaris menghadapi berbagai arah dipenuhi ingatan dan perasaan
dan kata-kata penuh pesan atau nonsens 
seperti pucuk-pucuk pohon itu yang penuh kembang yang penuh keindahan
merayakan kebebasan sambil menghirup chlorofil-chlorofil 
yang disediakan semesta.
Begitulah para puisi seperti manusia juga yang terpesona 
mendengar kulik elang atau hembus angin atau hujan
dalam jiwanya bersedekap segala rasa segala ketakjuban 
pada keanehan dan keajaiban yang tak terduga-duga
mengandungi berkah doa-doa dari dupa atau kemenyan 
atau dari sesaji bumi yang lain seperti kecemasan dan ketakutan
dan lagu-lagu parodi untuk sebuah kekuasaan 
yang tak semestinya mengajarkan hipokrasi.
Ada tangan-tangan pada puisi, juga hidung dan telinga 
dan mata yang terpasang tanpa ragu menangkap segala senandung
menyaksikan sahadat awan-awan yang disisir angin 
dalam upacara khusuk menjalani sebuah pementasan
pada ini dunia, pada ini ibu bumi yang bersedih hati mengapa 
pesan-pesan tak pernah merdeka
seperti ada kelelawar para walet dan burung-burung 
yang mulai merasuki pikiran kata-kata
menjadi puisi juga yang terbuka pada segala 
kemungkinan gelap atau cahaya

Juga para puisi berupacara seperti ujung jari-jemariku 
mengetikkan cinta yang sebagai si kakek tua



Puisi Lukman Asya
Lima Rangkai Puisi tentang Abdan

-          mata
Angin yang besar membawa awan-awan
entah mau dibawa ke mana atau mau dikumpulkan di pojok mana
pucuk-pucuk daun dan bunga randu melambai-lambai
dibelai angin dengan penuh perasaan ibu
langit yang luas berairmata juga atau dengan kata lain hujan
ya hujan menggenang di sudut-sudut matanya yang lebar
menangisi kegembiraan dan rasa kesakitan.
Begitulah mata Abdan memandang mungkin penuh sangka
mungkin penuh tanda tanya. Berarti segala keheranan melandanya
terbata-bata membaca isi dunia tapi mungkin gagal menerka sebenarnya

-          telinga
Kira-kira yang tertangkap selain deru itu apa
yang membuat Abdan terperanjat dengan mata terbelalak
mungkin suara bentak ibunya, atau canda suara si bocah Sabik
boleh jadi ada suara yang membimbingnya
semacam bisikan malaikat atau tuhan yang mahaperencana
tengah menghitung-hitung kemungkinan takdir di kalbu Abdan yang teduh
sepasang telinga Abdan yang damai mendengar apa saja
juga alam yang rusak dan tangan-tangan yang sibuk mengukir
waktu dan keculasan.Telinga yang mendengar segala rasa
segala sesuatunya terbawa kelak seperti adzan
yang diperdengarkan si bibik saat lahir mengucap tabik

-          mulut
Mulut Abdan membawa gambar senyum dan gambar tangis
dua bibirnya yang merah seperti kuas dan elak-elakkannya
adalah perasaan. Tahukah Abdan,hanya senyum dan tangis
bahasa ia meminta pada ibunya, juga ketika ada burung terbang
ingin ia menangkapnya tapi tak kausa ia kelojotan
bergerak-gerak badan dan jiwanya
Mulut Abdan yang pandai bilang oak,mengerut melebar
begitu megah seperti sebuah istana yang tak akan lagi
terjamah kita—para kaum dewasa
Dalam kantuknya,mulut Abdan mengatup menyimpan suara
suara yang kelak akan diledakkannya
sebagai bukti atau bakti kecintaannya membiarkan badannya
lindap selindap kehidupan nanti

-          hidung
Dua lubang hidung Abdan tidaklah menghadap ke atas langit
semacam tempayan penampung air ketika hujan
hidung Abdan biasa-biasa saja, tidak pesek tidak mancung
hidung Abdan menciumi segala harum, harum sorga
dan bau tubuh ibu-bapaknya dan lain-lain
juga mungkin menciumi bau dunia yang akan meledak
atau bau matahari dalam duka-duka badai dalam prediksi
Aku tak tahu segala bau-bauan yang diambung Abdan
mungkin juga Abdan menciumi bau hari depan
seperti yang termaktub dalam kitab luhmahfuz itu
Seyakin-yakinnya Abdan membawa harum cahaya kesturi
harum kesucian yang muasal dalam nadirnya
yang belum terjamah atau dibentuk tangan ibu-bapaknya
yang acapkali nista atau dihinakan kesepian bunga-bunga

-          kemaluan
Ujug-ujug basah celana Abdan, ujug-ujug hujan di kasur Abdan
begitulah kemaluan Abdan bekerja. Kadang seperti ngaceng
ingin menusuk para perawan. Tapi nanti saja
jika Abdan dewasa, jika Abdan benar-benar bisa kerja
bikinlah Abdan-Abdan kecil atau Siti-Siti kecil yang imut
berkah pedang Abdan yang kuasa atas segala hujan
dan bersandar pada kepayang
Ujug-ujug Abdan merengek minta digantikan celananya
yang basah, biar menjadi sejarah
ibunya terus mencuci dan Abdan tetaplah suci
Ujug-ujug hujan di luar membesar. kemaluan langit
menyaingi Abdan. Abdan tertawa menantang dunia
kemaluannya ngaceng menantang para perawan mungil
yang lewat. Abdan menjadi kodratnya kaum lelaki

20 Maret 2012

Lukman Asya
Hujan

Apakah hujan juga akan melahirkan generasi-generasi lemah
yang bagai kecambah di tanah
titisan langit yang angkuh
ujug-ujug hujan terus membesar
ada yang tumbuh serupa barah
menggenang dan kemudian membusuk
seperti jasad si laki-laki yang bunuh diri itu
siapa bapaknya? apakah matahari?
mengapa ia tak mewariskan kekuatan?
ya barangkali pilihansejak persalinan
ia telah dititistuliskan
Apakah hujan juga akan mewariskan generasi-generasi lemah
pohon-pohon yang disangka kuat merindang itu pun
nyatanya tumbang diterjang kenyataan
nenek moyangku tak mewariskan secuil tanah, kecuali tanda tangan
aku bagian dari kelemahan yang diperlakukan cuaca
tak kuasa dibanting-banting kekuasaan
senantiasa digonjang-ganjing bagai sebiji gabah dalam karung goni
ditampar kebijakan dan harga-harga. Seekor ayam pun menghina diriku
ia mencari pakan di mana saja, aku kepikiran jadi pencuri bank-bank negeri
siapakah bapakku? bapakku adalah si jasad yang terbujur kaku di jalanan
ibuku penguasa kolong jembatan casabalanca

Apakah hujan juga akan mewariskan generasi-generasi lemah
membiarkan tanah ditanami batu-batu, dihidupkan sunyi-sepi
lalu menggenang dan yang terkenang betapa ini segala jadi tak punya harga
Mengapa langit senantiasa membiarkan keangkuhan di sisi lain
mengurung niat baik bagi si yang ingin maju
betapa sentimentalia ini nyawa bagai si nenek tua menjelang uzur tiba
seperti hujan juga adalah kelemahan yang ujug-ujug saat keberangkatan
ke ingin memuncak bersama raga ragumu, duhai Sitti kekasihku

2012