Kamis, 17 April 2008

sajak

Sajak-sajak Lukman Asya

Memandang Lukisan. I

memandang lukisan-mu

kau pun bangkit dari masa lalu

tapi seperti prajurit yang cedera

kenapa tak kau selesaikan

perjuangan melawan sepi

sajak-sajak adalah peluru

membuat seribu musuh berlutut

kedalaman dari larik-larikmu

telah menggetarkan cinta

kuda-kuda tak berdaya berpacu

dengan panah waktu

kau bangkit dan memandang wajahku

bagai pahlawan yang rindu

sebuah negeri yang sempoyongan

pulau-pulau berdarah, luka-luka kota

menganga, perkampungan terjamah dusta

memandang lukisan-mu

adalah mengenangkan hari depan

di mana ruh air matamu membayang

anak-anak terus mengejar bianglala

ketidakpastian musim dan cuaca

seperti kekuasaan-kekuasaan

antara tangan dan cinta

antara keraguan dan ibu

memandang lukisan-mu

menafsir genjer-genjer berjejer

siap dilagukan kembali

sebagai lagu paling sedih

sungai-sungai yang dalam kelimpahan air

sungguh melarat menghanyutkan

ketenangan dan kejernihan

dari sebuah perahu dengan tiang bendera

yang merana dan hampir kehilangan nama

:memandang lukisan indonesia

nyata kau pun hidup mampus

dirampas sepi

2008, II April

memandang lukisan.2

-v

dadamu yang sentosa dan penuh cahaya

ingin kusentuh berkali-kali

dan kutuliskan sajak hangat cinta

seluruh malam kuterima

tanpa teriakan sepi

justru kau membayang serupa ibu abadi

para bidadari yang tak lekang

oleh waktu dan gerhana

telah kudekatkan nafasku di bibirmu

aku penjarakan senyummu

aku paksa kau takbisa menghindar

dari deru nafsu

di luar tak ada lagi suara menggebu

tanganmu mencengkram sprei sutera

darah yang hangat kukagumi

sepenuh hati berahi.

telah kau berikan, telah kaupasrahkan

segala ketulusan yang perawan

di mana aku mencium

dan merenggut kehormatanmu

sebuah martabat yang agung membayang

penuh mawar cinta yang mengekalkan

degup jantung kita

:v, adalah sebuah nama yang membedakan

waktu lapang dan waktu sempitku

di mana kuhunjamkan tiangku berkali-kali

sampai kau pun pasrah dan tak mengerang lagi

antara prosa dan puisi, jadilah

tumbuhlah benih kehinaan:

kita sebagai manusia

2008, II april

memandang lukisan.3

aku memandangnya

ia memandangku

sungguh hidup masa silam itu

bangkit mengenangku

mengenalkan sisa-sisa

ciumanku didadanya

dan kulihat sebuah cakar

di pipinya:

aku sempoyongan memanggul tubuhmu

kau tertawa seperti dalam perjudian

telah aku rampas martabatmu

atas segala kerelaanmu memberi

dan menerima

mengigau atau rindu

akulah perampok mencincang masa depanmu

tukang palak tak berbelas pati

kau pasrahkan paha dan lehermu

untuk kulukis dengan cinta

sampai naga itu pun menjelma diriku

membelit tubuhmu

kau menggeliat tak tahan hunjaman

bisa menyembur dari sebuah tongkat

mahkotaku

aku memandangnya

ia berpaling dari hidupku

air matanya jadi sungai sejarah

telah aku tinggalkan segala pesona

aku bersamadi di puncak mahapuisi

membayangkannya datang kembali

tanpa tubuhnya

2008, april II

memandang lukisan.4

sebuah lukisan aku turunkan dari dinding masa lalu

sebuah nama, seorang cinta tanpa tangan dan hati

epitaf puisi-puisiku di tubuhnya yang fana

bangkit kembali bagai debu yang ditiup

nafas kerinduan para lelaki singa

debu-debu menudingku

berhamburan menampar wajahku

kenapa engkau abaikan titah dan sabda-ku

kenapa engkau lalaikan kerinduanmu

berabad-abad aku menyusun tumpukan batu

sebagai singgasanamu

dimana kau minta senggama beribu kali

sampai angin meniupkan ruh kematian

dan sampailah engkau

dan sirnalah segala nafsu

sebuah lukisan hari depan aku pasang

aku memandangnya:

taring-taring singa, kuku-kuku singa

membayang

bagai senyummu

dan tubuhku menggigil

sampai tangan dan kakiku berlepasan

melayang-layang di udara

bagai dusta bagai raja yang angkuh

menjelang celaka

2008-04-11

memandang lukisan.5

lampu yang menyala, sajak dan botol bir yang bercahaya

adalah lingkaran yang mengurungmu

menciptakan sebuah tarian rummi

antara kemabukan dan kesuntukan

kau di mana?

mengapa tak kaulukis saja ketakutanku

atau kematianku

aku berulang tahun dalam pesta kafir yang nikmat

kesesatan adalah ketaktersesatan

maka tataplah tubuhku yang telanjang

dan telanjanglah kau

akan aku tantang putingmu

kemaluanku adalah senjata para dewa

dewi syuga, bunuhlah kesepianku

aku bosan memerintah hujan

mengguyur api berahi disebuah negeri

di mana aku pun tak sanggupabadi

akan aku jambak rambutmu

dan akan aku tenggelamkan tubuhmu

di kolam cintaku yang bergolak dan membarakan

kerinduan lelaki singa

lampu yang menyala mulai padam

sajak kian hbungkam

dan botol bir hitam

tubuh kita pun bubaran

2008-04-11

memandang lukisan.6

-ode kepada sapardi yang bercokol dalam puisi

telah kau agungkan, telah kau muliakan

segala hutan dan lautan

membayanglah peri-peri kesunyiaan

sebuah kubur tua dan lagu pengantar jenajah

kau siapkan sebagai ibu yang baik

telah kau hinakan, telah kaunistakan

segala keriuhan dari jakarta sampai timor leste

kau mengabdikan diri pada tangan nabi sunyi

sebuah rumah dan metamorfosisnya kau perlakukan

sebagaimana hal manusia butuh cahaya

:dan engkau mengertap dalam rahasia-Nya

selalu tiba-tiba tak fana-fana

2008-04-11

memandang lukisan.7

-ode kepada GM misalkan dalam asmaradana

kelak kau pun retak bagai sebuah epitaf

meski sajak-sajakmu bikin sunyi jadi abadi

:pada suatu masa datang lagi si kakek itu

dibawa angin dan perahu sebagai legenda

bagai sebuah sejarah yang mengekalkan

kisah cinta-cintanya

2008-04-11

memandang lukisan.8

-munafik ismail

rambutan yang kaulempar-lemparkan itu

sajak-sajak paru-paru dahulu

di musim penuh pura-pura-mu

kau tahu, martabat sebuah kata

adalah nyawa yang tak dapat didiktekan

oleh pemerintah maupun oleh ketakutan

kalimat-kalimat sedih tak sanggup munafik lagi

menggantikan tangan yang terus mengerat

penghianatan.bagaimana kabar hari baik, sob?

apa yang kau bangunkan, sob?

tak ada singgasana bagi sajak yang pura-pura

ikut menderita

:sebuah lukisan akan segera diturunkan

ikut mengantar bapak ke pemakaman kecemasan

2008-04-11

memandang lukisan.9

- doa kepada ibu dan anak

ibu yang takut dan anak yang manja

dalam kalimat arab yang salat

hidup dalam kepalaku

apa yang kupandang sedih hari ini

semogalah menjadi kegembiraan hari esok

ibu bangkit dari ketakutannya

dibawa sang anak ke angkasa

ibu menjadi bulan dan anak cahayanya

sedangkan aku, malam yang bimbang

ingin membabi-buta di tubuh-Nya

2008-04-11

memandang lukisan.I0

-ka

ketakutanku telah kandas

dan aku hampir melupakanmu

tanggal berapa hari lahirmu?

sudah berapa anak kau punya?

apa kau masih dipelihara si tuan?

jangan biarkan anakmu hidup di penangkaran?

biarkania menjadi buaya yang liar

seperti sajak-sajakku dahulu kerap bertandang

di dadamu. tak ada pagar untuk hawa nafsu

tapi ketakutanku telah kandas

aku tak menolak kesepian

cuma kadang-kadang harum rambutmu

menyiksa kepalaku

di saat-saat begini:tak ada lukisan yang kupandang

selain masa lalumu penuh layang-layang

berlepasan,berpapasan denganrinduku di angkasa

2008-04-11

Biodata

Lukman Asya, lahir di Sukabumi 0I November I976. Sajak-sajaknya dimuat di beberapa antologi bersama dan di majalah, koran lokaldan koran nasional. Kini sibuk mengelola radiokomunitas di Pajampangan Sukabumi Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Siapa pun boleh mengomentari karya-karya saya. Terima kasih.